Merawat Tradisi Serentaun
Kampung Adat Kasepuhan Gelar Alam
Jawa Barat merupakan salah propinsi terbesar di Indonesia. Dengan berbagai macam keunikannya masyarakat jawa barat dikenal juga ramah dan santun terhadap siapapun yang singgah diwilayahnya. Di zaman kerajaan di Nusantara Wilayah propinsi jawa barat merupakan tanah pasundan atau tanah pajajaran, yang terkenal dengan sebutan Rajanya Prabu Siliwangi. Banyak sekali para ahli sejarah yang menulis kisah hebat dan kuatnya Kerajaan Pajajaran dimasa jayanya.
Dan banyak pula penelitian yang membahas tentang masyarakat adat di wilayah jawa barat sebelum dan sesudah runtuhnya kerajaan Pajajaran. Dan masih ada juga tanah adat dan kampung adat di beberapa wilayah jawa barat sampai perbatasan wilayah propinsi lain, yang sampai sekarang dilestarikan terus menerus secara turun temurun oleh keturunan kampung adat tersebut. Mulai dari Kampung Adat Kampung Naga di Tasik, Kampung Urug di Sukajaya Bogor, Kampung Adat Kasepuhan Ciptarasa, dan Kasepuhan Adat Ciptagelar yang saat telah berubah nama menjadi Kasepuhan Gelar Alam di wilayah Perbatasan Sukabumi Banten Kidul. Masyarakat Kasepuhan Adat Gelar Alam, Kecamatan Cisolok, menggelar tradisi adat tahunan Serentaun Kasepuhan Gelar Alam ke-658 pada tanggal 2–5 Oktober 2025. Perayaan ini menjadi salah satu upacara adat terbesar di Tatar Sunda yang telah ada sejak tahun 1368, hingga kini tetap dilestarikan sebagai bentuk rasa syukur masyarakat adat atas hasil panen padi. Bagi masyarakat Kasepuhan Gelar Alam, padi bukan sekadar bahan pangan, melainkan simbol kehidupan yang harus dijaga. Karena itu, tradisi Serentaun digelar sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sekaligus doa agar panen tahun berikutnya lebih berlimpah. Selain ritual adat, masyarakat dan pengunjung juga akan disuguhi berbagai kesenian tradisional seperti wayang golek, calung, dog-dog lojor, seni jipeng, debus, dan hiburan lainnya yang menambah semarak perayaan.
Padi dan Leuit
Setiap panen, mereka menyisihkan sebagian hasil panen untuk disimpan di leuit, karena itulah, stok pangan di desa ini selalu surplus. Bahkan kini ada padi yang tersimpan usianya mencapai puluhan tahun. Keyakinan ini melahirkan aturan adat bahwa beras tidak boleh diperjualbelikan, karena dianggap sama dengan menjual kehidupan. Filosofi tersebut menjadi pondasi kehidupan masyarakat yang seluruh siklusnya berpusat pada padi. Meski teguh menjaga adat, masyarakat Gelar Alam tidak menutup diri dari perkembangan zaman. Selalu membuka ruang diskusi dan obrolan bagi setiap tamu pengujung yang datang untuk bersilaturahmi, bahkan banyak penelitian ilmiah mulai dari skripsi, tesis dan disertasi yang mengkaji kehidupan kampung adat kasepuhan gelar alam dari berbagai kampus diseluruh indonesia hingga luar negeri. Serentaun Gelar Alam kini tidak hanya menjadi ritual adat, tetapi juga magnet budaya yang menarik perhatian wisatawan, peneliti, hingga budayawan dari berbagai daerah.
Tahun 2025 ini, Penulis beserta Rombongan Fananie Center dan ketua lembaga lainnya joint patner (FDIKOM, PK2M, Queena Travel, Aodya Pala Indonesia Art Center, Wonderfull Visit Indonesia) menghadiri perayaan Serentaun secara langsung di kampung adat kasepuhan gelar alam, rombongan melakukan titik kumpul (tikum) di Akademi Perawat Prima Husada Cilendek, Crew dan rombongan terdiri dari Dr. Muhammad Ismail (Mbah Mail), Ustadz Tavip Ahmad Budiman (Yai Tavip) Habib RDM (Habib Dhonus) Habib Yan (Tim Medis Tibbunabawi) Kak Kusna Sanjaya (Pelukis Nu Agung) dan Mayor Teddy (Kang Dekan), Keberangkatan dimulai tepat pukul 19.45WIB langsung menuju Citepus Pelabuhan Ratu, Rombongan dipimpin langsung RDM Habib Dhonus sekaligus Driver ditemani Habib Yan sebagai Navigator Driver, tepat pukul 23.10WIB rombongan tiba ditempat peristirahatan sementara dekat Pantai Citepus, esok hari pagi melakukan mapping rute track perjalanan melalui tarck jalur cikakak keatas dengan tujuan agar bisa kumpul sesama pengunjung di kampung adat Ciptarasa, yang pastinya akan menuju ke acara serentaun dikampung adat kasepuhan gelar alam. Tepat Pukul 10.10WIB rombongan tiba dikampung adat Ciptarasa berkumpul dengan sesama rombongan lainnya, seperti Indonesia Overland, Ves Community, Fortuner Community, dan Pajero Sport Adventure. Selang beberapa menit seluruh rombongan sepakat untuk melanjutkan konvoi perjalanan menuju kampung adat kasepuhan gelar alam dengan melalui track menyisir pinggir hutan gunung halimun rombongan terdiri dari 15 unit mobil gabungan dari berbagai komunitas adventure. Tepat pukul 12.21WIB rombongan kami akhirnya tiba di kampung adat kasepuhan gelar alam dengan selamat, dilokasi parkir sudah dipenuhi berbagai kendaraan komunitas adventure dari berbagai daerah dari luar jawa barat. Suasana kampung adat kasepuhan gelar begitu ramai dipadati pengunjung dan masyarakat sekitar yang ikut terlibat meramaikan acara serentaun ke 658 kasepuhan gelar alam. Pada kesempatan tahun ini rombongan kami di sambut hangat langsung oleh Mamah Dedeh isteri dari Abah Ugie selaku Kepala Adat Kasepuhan Gelar Alam Banten Kidul.
Digelar kembali acara serentaun di setiap tahunnya akan selalu menjadi ajang mempertemukan tradisi, spiritualitas, dan kebersamaan setiap komunitas adventure dan penggiat kebudayaan dalam satu perhelatan budaya besar yang masih terawat secara turun temurun. (Ted)