By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Inilah KitaInilah KitaInilah Kita
  • Home
  • Sekitar Kita
  • DialeKita
  • Nusantara
  • Akademika
  • Komunitas
  • Generasi
  • Kiat Kita
Reading: Israel-AS Keroyokan, Iran tak Terkalahkan
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
Inilah KitaInilah Kita
Font ResizerAa
  • Home
  • Sekitar Kita
  • DialeKita
  • Nusantara
  • Akademika
  • Komunitas
  • Generasi
  • Kiat Kita
Follow US
  • Advertise
© 2024 Inilah Kita
Inilah Kita > Blog > DialeKita > Israel-AS Keroyokan, Iran tak Terkalahkan
DialeKita

Israel-AS Keroyokan, Iran tak Terkalahkan

Dalam dunia yang makin terasa seperti serial Netflix berkepanjangan ini, episode terbaru datang dari Timur Tengah: “Israel+AS vs Iran: The Final Season (Maybe)”

Redaksi Kita
Redaksi Kita Published 26/06/2025
Share
perang iran israel amrik
SHARE

INILAHKITA.COM | Dalam dunia yang makin terasa seperti serial Netflix berkepanjangan ini, episode terbaru datang dari Timur Tengah: “Israel+AS vs Iran: The Final Season (Maybe)”. Judulnya bombastis, tapi akhirnya malah jadi tontonan drama yang klimaksnya antiklimaks.

Israel nyerang, Iran nyerang balik, AS ikutan nyerang, terus semua bilang “Udahan yuk,” dan dunia pun kembali sibuk memesan hummus sambil memantau harga minyak dan bitcoin. Tapi mari kita kupas episode ini dengan santai —dengan tetap bersandar pada data, bukan cuma dada.

Mari kita mulai dari naskah resmi yang ditulis PM Israel Benjamin Netanyahu. Target perang katanya ada dua: “pemenggalan program nuklir Iran” dan “perubahan rezim”. Tapi yang terjadi? Tidak satu pun dari dua itu yang tercapai. Ia kalah, lalu merengek bantuan dari Trump.

Yang terjadi justru sebaliknya: program nuklir Iran tetap hidup sehat wal afiat (faktanya: citra satelit menangkap bayangan puluhan truk logistik memindahkan uranium keluar dari Fordow sebelum dibom AS). Dan satu bonus: rezim malah dapat ‘ashabiyah, dukungan kuat dari rakyat.

Kalau Anda pikir strategi Netanyahu itu seperti game catur 4D, ternyata itu lebih mirip main congklak pakai batu es —strateginya cair, hasilnya ngilang. Ini dipastikan oleh Ori Goldberg, analis independen dan pakar Iran, dalam artikelnya di Al Jazeera (24 Juni 2025).

Israel tampaknya percaya bahwa membunuh beberapa jenderal IRGC bisa membuat rakyat Iran beramai-ramai ganti rezim, seperti ganti channel TV. Tapi yang terjadi? Meskipun IRGC dibenci sebagian rakyat, begitu serangan luar datang, mereka malah bersatu hati.

Hasilnya: pembunuhan yang dimaksud untuk mengguncang justru memperkuat fondasi rezim. Kata seorang rakyat: “Kita mungkin tak suka pemerintah, tapi kita lebih benci diserang luar!” Bukan efek domino yang didapat, tapi pembunuhan itu malah jadi efek fondasi.

Ini seperti berharap bangunan rubuh karena tiang dicat ulang. Bangunan malah makin indah. Silahkan tertawa, atau cukup tersenyum, jika mau.

Israel juga membom stasiun TV IRIB, mengklaim itu pusat propaganda. Tapi alih-alih membuat wartawan Iran bisu, dunia malah melihatnya sebagai pembenaran Iran untuk mengancam balasan ke stasiun-stasiun TV Israel.

Presiden AS Donald Trump sempat membantu Israel untuk keroyokan melawan Iran dengan menjatuhkan bom ke tiga fasilitas nuklir Iran pakai MOPs (Massive Ordnance Penetrators, bukan singkatan dari “Masih Ogah Perang”). Tapi setelah selesai, pesawat bombernya langsung cabut pulang.

Ke mana? Iran mengetahuinya pulang ke pangkalan mereka di Qatar. Ini yang membuat Iran langsung menyerang mereka di Qatar, tapi dengan lebih dulu memberi tahu pihak musuh.

Ya, bagi Israel, AS itu seperti teman yang bantu pindahan, tapi cuma angkat kardus pertama lalu bilang, “Gue ada janji, bro.”

Trump memang bantu —sedikit. Tapi niatnya bukan perang total, melainkan membuka pintu negosiasi baru dengan Iran. Maka Qatar (iya, Qatar yang itu-itu juga) pun tampil jadi mak comblang damai, menemui pemimpin Iran untuk menyampaikan lamaran gencatan senjata dari AS.

Ini jelas bikin Netanyahu geram hingga gigi-giginya gemeretak. Harapannya semula, setelah serangannya yang bertubi-tubi ke Iran, dunia akan bersatu mendukung Israel. Tapi kenyataannya, dunia malah sibuk nanya, “Gaza gimana, bro?”

Alih-alih menjatuhkan rezim Iran, justru Trump —yang sebelumnya menyebut Iran sebagai ‘ancaman global’— berbalik arah setelah gencatan senjata dan mengatakan bahwa ia tak menginginkan perubahan rezim karena bisa menimbulkan kekacauan baru di kawasan. (Reuters, 25 Juni 2025)

Lucunya lagi, Trump sempat membandingkan efek serangan AS terhadap situs nuklir Iran dengan akhir Perang Dunia II. Padahal, intelijen pertahanannya sendiri (DIA) menyatakan bahwa kerusakan yang ditimbulkan “kemungkinan hanya menunda program nuklir Iran beberapa bulan.” (Reuters, 24-25 Juni 2025)

Walaupun Israel mengklaim punya supremasi udara dan membombardir sesuka hati, dunia justru semakin yakin Iran tak kalah hebat. Iran seolah menemukan arena unjuk diri, berhasil meluncurkan ribuan ragam rudal ke jantung pusat pertahanan Israel.

Rudal-rudal balistik supersonik Iran mampu melewati sistem pertahanan Iron Dome yang saat itu malah lebih mirip Iron Colander. Rudal Iran sampai ke Rehovot, bahkan menghantam Weizmann Institute of Science —sebuah simbol kecanggihan Israel.

Dan, oh ya, ekonomi Israel nyaris lumpuh karena kehabisan peluru interceptor dan terlalu banyak warga sipil yang harus mengungsi. Pariwisata mati total, perdagangan terhenti, dan ribuan bangunan luluh lantak. Harga kebanggaan itu mahal, Bung.

Sementara Iran, meskipun hancur di beberapa titik dan kehilangan nyawa sebagai syuhada, tetap berdiri —dan bahkan tampil dengan kepala lebih tegak. Semua orang sepakat, kemampuan teknologi dan militer Iran begitu hebat, meski 46 tahun dikucilkan dalam embargo.

Iran juga menunjukkan kontrol yang efektif atas situasi dalam negeri. Dalam hitungan hari, mereka mengeksekusi tiga orang yang dituduh bekerja sama dengan Mossad dan menangkap 700 orang yang diduga terlibat dalam operasi Israel di dalam negeri. (Nournews, 26 Juni 2025)

Dunia internasional makin sepakat melihat Iran sebagai korban agresi, bukan biang kerok. Iran bahkan sempat “mengabari” lebih dulu ke Trump sebelum membalas serangan Amerika. Ya, ini mungkin satu-satunya perang dalam sejarah modern yang pakai RSVP.

Bahkan setelah gencatan senjata diumumkan, Trump justru memperingatkan Israel agar tidak menyerang lagi. Siapa sangka? Kali ini malah Amerika memperingatkan Israel, bukan sebaliknya. Dunia terbalik? Mungkin hanya sedang rotasi normal.

Seperti yang ditulis Ori Goldberg —seorang analis independen dan eks profesor dengan spesialisasi Iran— dunia tampaknya lebih nyaman melihat Iran sebagai mitra ekonomi daripada musuh ideologis. Iran yang dahulu dianggap penyulut kekacauan, kini dilihat sebagai partner stabilisasi.

Israel awalnya ingin dunia percaya bahwa mereka sedang menggagalkan kehancuran dunia dengan menghancurkan program nuklir Iran. Tapi dunia justru melihat mereka sebagai pihak yang justru mempercepat kehancuran regional.

Apakah ini akhir dari strategi “assassination diplomacy”? Apakah ini pertanda bahwa bom bukan solusi diplomatik? Atau kita hanya menunggu musim tayang berikutnya, ketika semua pemain masih ada, tapi naskahnya makin lelah?

Yang pasti, dalam episode ini, Iran mungkin tak menang telak, tapi Israel jelas kalah mutlak. Dan dalam dunia geopolitik, kadang bukan soal menang atau kalah —tapi soal siapa yang bisa berdiri terakhir sambil tetap kelihatan waras.

Iran? Faktanya masih berdiri, dengan penuh etika dan akal sehat, bahkan makin tegak serta mengikis sekat-sekat sektarian. Israel? Lagi ngitung kehancuran Tel Aviv dan sisa-sisa rudal, sambil mungkin berharap Elon Musk jual Iron Dome versi upgrade.

-000-

Sumber utama:
– Ori Goldberg, “How Israel failed in Iran”, Al Jazeera, 24 Juni 2025.
– Reuters, “Trump: Iran strikes like WWII,” dan “Intel: Damage inconclusive”, 25 Juni 2025.
– Laporan dari Nournews, Iran, 26 Juni 2025.
– Liputan dan opini konflik Israel-Iran 2025: Fordow Facility, A Simple Guide to Iran, dan Trump’s Support to Netanyahu.

Catatan Ahmadie Thaha
Ma’had Tadabbur al-Qur’an, 26 Juni 2025

TAGGED:iranisraelperang
Share This Article
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp LinkedIn Telegram Email
What do you think?
Love0
Sad0
Happy0
Sleepy0
Angry0
Dead0
Wink0
Previous Article peta jalan petani cerdas IZI LAZNAS IZI Bedah Buku “Peta Jalan Petani Cerdas” di Islamic Book Fair 2025
Next Article Inspirasi Awal Tahun Baru Islam 1447 H Bersama KH. Hasan Abdullah Sahal

Latest News

kota megapolitan
Megapolitan.ID Tampil Baru di Tahun Baru Islam
Sekitar Kita
Inspirasi Awal Tahun Baru Islam 1447 H Bersama KH. Hasan Abdullah Sahal
Komunitas
peta jalan petani cerdas IZI
LAZNAS IZI Bedah Buku “Peta Jalan Petani Cerdas” di Islamic Book Fair 2025
Sekitar Kita
rudal-iran
Iran dan Simfoni Perlawanan: Ketika Sanksi Melahirkan Kekuatan
DialeKita
rumah modular waskita
Kelebihan Rumah Modular, Solusi Konstruksi Hunian Masa Depan
Sekitar Kita
homo erectus di laut madura
Penemuan Homo Erectus Purba di Dasar Laut Madura
Nusantara
Panduan Aman Berdonasi Online Lewat Website Resmi
Panduan Aman Berdonasi Online Lewat Website Resmi
Kiat Kita

Baca Artikel Lain

sungai kita
DialeKita

Ketika Ribuan Ton Antiobiotik Mengancam Kehidupan Sungai

21/05/2025
Bisakah Dosen Sejahtera Hak, Kenyataan dan Realita!
DialeKita

Bisakah Dosen Sejahtera? Hak, Kenyataan dan Realita!

20/05/2025
noto susanto
DialeKita

Budaya Cari Muka, Pentingkah dalam Kehidupan?

15/05/2025
Karena 'Flourish', Kita Jadi Juara Dunia!
DialeKita

Karena ‘Flourish’, Kita Jadi Juara Dunia!

09/05/2025
Previous Next

Ikon Logo Inilah Kita

Kategori

  • Akademika
  • DialeKita
  • Generasi
  • Kesehatan
  • Kiat Kita
  • Komunitas
  • Nusantara
  • Sekitar Kita
  • Uncategorized

Inilah Kita

  • About
  • Kontak
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media
  • Term & Condition
Inilah KitaInilah Kita
©2024 Inilah Kita
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?