By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Inilah KitaInilah KitaInilah Kita
  • Home
  • Sekitar Kita
  • DialeKita
  • Nusantara
  • Akademika
  • Komunitas
  • Generasi
  • Kiat Kita
Reading: Jurnalisme Konstruktif
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
Inilah KitaInilah Kita
Font ResizerAa
  • Home
  • Sekitar Kita
  • DialeKita
  • Nusantara
  • Akademika
  • Komunitas
  • Generasi
  • Kiat Kita
Follow US
  • Advertise
© 2024 Inilah Kita
Inilah Kita > Blog > DialeKita > Jurnalisme Konstruktif
DialeKita

Jurnalisme Konstruktif

Jika jurnalisme tradisional ibarat wasit yang meniup peluit tanda pelanggaran, maka jurnalisme konstruktif adalah pelatih yang masuk ke lapangan sambil berteriak, "Bagaimana kalau begini saja solusinya?"

Redaksi Kita
Redaksi Kita Published 21/11/2024
Share
jurnalisme konstruktif
SHARE
Ahmadie-Thaha-Anime
By AI

Catatan Cak AT

Jika jurnalisme tradisional ibarat wasit yang meniup peluit tanda pelanggaran, maka jurnalisme konstruktif adalah pelatih yang masuk ke lapangan sambil berteriak, “Bagaimana kalau begini saja solusinya?” Wasit memang tugasnya begitu, tetapi pelatih melangkah maju dengan memberikan petunjuk menuju arah yang lebih baik.

Saat Tempo meluncurkan single brand untuk menyatukan semua produk berita dalam satu platform, Tempo.co, pada hari libur pekan lalu, kita bukan hanya menyaksikan revolusi digital. Namun, Tempo juga mengukir langkah maju dengan mengadopsi model jurnalisme konstruktif yang lebih relevan dengan tantangan zaman.

Seperti Anda yang mungkin merasa hidup ini terlalu banyak drama, jurnalisme konstruktif mencoba menjawab kebosanan audiens terhadap berita yang melulu soal masalah, konflik, dan penderitaan. Apalagi di era media sosial, banjir informasi membuat kebosanan berubah menjadi kejenuhan yang memuakkan.

Gagasan jurnalisme konstruktif pada mulanya diperkenalkan oleh Ulrik Haagerup, seorang jurnalis Denmark, yang percaya bahwa berita juga harus berisi solusi. Dalam bukunya, Constructive News, ia menegaskan bahwa media harus memberdayakan masyarakat dengan ide dan inspirasi, bukan sekadar melaporkan keburukan dunia.

Istilah simpelnya, dari isu ke solusi. Bayangkan sebuah laporan investigasi tentang kemacetan di Jakarta. Jurnalisme tradisional akan menyuguhkan data kemacetan, wawancara dengan korban yang “terjebak macet lima jam,” hingga ulasan tentang jalan rusak, lengkap dengan jepretan foto ribuan mobil yang mengular.

Di sisi lain, jurnalisme konstruktif melangkah lebih jauh: menyajikan solusi inovatif, seperti mempelajari kesuksesan sistem transportasi di Tokyo atau merekomendasikan integrasi transportasi ramah lingkungan untuk Jakarta. Disertai analisis pakar tentang efisiensinya, yang menggerakkan pembaca ke arah perubahan.

Tempo, dengan sejarah panjang sebagai watchdog di Indonesia, kini memposisikan dirinya tak hanya sebagai pengkritik, tapi juga pemandu. Dalam platform barunya, investigasi tidak berhenti di soal siapa yang salah, tetapi berlanjut ke apa yang bisa dilakukan. Misalnya, investigasi soal krisis air di suatu wilayah dapat dilengkapi dengan solusi berbasis teknologi pemanen air hujan yang diterapkan di negara lain.

Teori agenda-setting oleh Maxwell McCombs dan Donald Shaw mengajarkan, media menentukan apa yang dianggap penting oleh publik. Dengan pendekatan konstruktif, media tidak hanya menyusun agenda masalah tetapi juga agenda solusi. Efeknya? Audiens tidak hanya terpapar isu, tetapi juga diajak berpikir kritis dan optimis.

Filsafat jurnalisme positif ini juga sejalan dengan gagasan Johan Galtung tentang peace journalism. Galtung menyebut, berita tidak boleh berhenti pada konflik saja, tapi harus menjembatani kesenjangan dengan menghadirkan perspektif damai. Dalam konteks ini, Tempo bukan hanya menjadi saksi sejarah, tetapi juga pemain aktif dalam mencari solusi untuk masyarakat yang lebih baik.

Sebagai pelopor dalam jurnalisme kritis, Tempo telah membuktikan dirinya mampu bertahan di tengah badai politik dan digital. Kini, dengan mengusung model single brand di Tempo.co, ia mencoba membangun pengalaman membaca berita yang lebih lengkap.

Tidak hanya menyajikan berita breaking, freemium, atau berbayar, mereka juga menambahkan fitur eksplainer dan jurnalisme konstruktif. Semua ini dirancang untuk mengajak pembaca berpikir lebih jernih di tengah tsunami informasi.

Langkah ini tentu bukan tanpa risiko. Mengandalkan pembiayaan dari pembaca (bukan iklan yang makin intrusif) adalah taruhan besar di tengah dominasi budaya gratisan di internet. Namun, bukankah inovasi sering kali lahir dari keberanian mengambil risiko? Dan Tempo pasti bisa.

Kalau dunia butuh jurnalisme yang lebih baik, kenapa tidak mulai dari Tempo? Dengan peluncuran single brand-nya, Tempo seolah berkata, “Kami tidak hanya di sini untuk melaporkan dunia yang kacau, tetapi juga untuk membantu memperbaikinya.”

Sebuah perubahan yang pantas dirayakan, tentu saja, dengan tetap mengingatkan mereka: jangan lupa, berita konstruktif juga perlu tetap menarik dan enak dibaca. Sebab, kalau pembaca bosan, semua filosofi tinggi itu hanya akan tenggelam di antara notifikasi media sosial dan meme viral tentang kucing.

Sebuah langkah baru untuk Tempo, tempat saya pernah berkiprah di dalamnya. Sebuah harapan baru untuk jurnalisme Indonesia. Karena dunia ini sudah cukup kacau tanpa berita yang memperkeruh suasana.

Cak AT – Ahmadie Thaha
Ma’had Tadabbur al-Qur’an, 21/11/2024

TAGGED:jurnalisme konstruktifmemberi solusi
Share This Article
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp LinkedIn Telegram Email
What do you think?
Love0
Sad0
Happy0
Sleepy0
Angry0
Dead0
Wink0
Previous Article mahasiswa bsi Siswa Semangat Bersekolah Meski Sekolah Rusak, Ironi Pendidikan Dasar di Indonesia
Next Article dewan dakwah Dewan Dakwah Ikuti Pertemuan NGO International di Istanbul

Latest News

mie aceh nikmat
Inilah 5 Masakan Aceh yang Kaya Rempah
Nusantara
IZI bantu warga Gaza
Laznas IZI Bantu Pengungsi Palestina yang Berada di Yordan
Komunitas
wisata eropa barat
Merencanakan Liburan Halal bersama Keluarga ke Eropa Barat
Wisata
Mahasiswa IUQI Bogor Laksanakan PkM Internasional di Yala-Thailand
Akademika
keputusan
Strategi Negosiasi Win-Win dalam Mencapai Kesepakatan Jangka Panjang
Akademika
tamsil linrung wakil dpd
Wakil Ketua DPD Tamsil Linrung Apresiasi Langkah Cerdas Politik Luar Negeri Presiden
Sekitar Kita
Pengambilan Keputusan dan Negosiasi dalam Bisnis Syariah: Strategi untuk Kesepakatan Berkah
Akademika

JASA ARTIKEL SEO

Mau website usaha Anda mudah ditemukan dalam mesin pencari Google? Digital Media Labs melalui Web Syndication melayani jasa penulisan artikel SEO.
Hubungi kami di: 081297176001

Jasa Blogroll Website:

jurnalsecurity.com
promoukm.com
indonesiasentris.com
destinasiindnesia.com
caramakan.com
carasehat.net
seputarhalal.com
rumahayah.com
beritakamera.com
inibekasi.com
beasiswakampus.com
megapolitan.id
cellini.co.id
beritasantai.com

Jasa Pers Rilis

Baca Artikel Lain

perang iran israel amrik
DialeKita

Israel-AS Keroyokan, Iran tak Terkalahkan

26/06/2025
rudal-iran
DialeKita

Iran dan Simfoni Perlawanan: Ketika Sanksi Melahirkan Kekuatan

19/06/2025
sungai kita
DialeKita

Ketika Ribuan Ton Antiobiotik Mengancam Kehidupan Sungai

21/05/2025
Bisakah Dosen Sejahtera Hak, Kenyataan dan Realita!
DialeKita

Bisakah Dosen Sejahtera? Hak, Kenyataan dan Realita!

20/05/2025
Previous Next

Ikon Logo Inilah Kita

Kategori

  • Akademika
  • DialeKita
  • Generasi
  • Kesehatan
  • Kiat Kita
  • Komunitas
  • Nusantara
  • Sekitar Kita
  • Uncategorized
  • Wisata

Inilah Kita

  • About
  • Kontak
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media
  • Term & Condition

Inilah KitaInilah Kita
©2024 Inilah Kita
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?