Para pemain yang terlibat dalam tarian ini disebut Pa’raga, sedangkan teknik permainan yang digunakan dikenal dengan nama Ma’raga. Permainan ini berakar dari gerakan-gerakan dasar seni bela diri. Pa’raga adalah suatu bentuk pertunjukan yang memindahkan bola dengan penuh kegembiraan dari kaki ke kaki, kepala, atau tangan. Pertunjukan ini dilakukan dengan semangat dan sukacita.
Paraga tidak dimainkan dalam format kompetisi, melainkan sebagai atraksi untuk menunjukkan kemampuan. Biasanya, permainan ini dilakukan dalam kelompok dengan jumlah minimal anggota sebanyak enam orang.
4. Walasuji
Walasuji berasal dari istilah ‘wala,’ yang berarti pagar atau penjaga, dan ‘suji,’ yang merujuk pada putri. Ini merupakan sejenis pagar yang terbuat dari bambu, yang digunakan dalam ritual dengan pola motif belahan ketupat.
Dalam pandangan tradisional masyarakat Bugis-Makassar, terdapat konsep sulappa appa (empat sisi) yang melambangkan struktur alam semesta, yaitu elemen api, air, tanah, dan angin. Konsep bentuk segi empat yang terdapat pada Wala Suji ini berakar dari budaya yang menganggap alam semesta sebagai manifestasi dari sulappa appa.
Walasuji umumnya dipasang di gerbang selama acara pernikahan. Selain berfungsi sebagai elemen fungsional, Walasuji juga dianggap sebagai karya seni anyaman yang kini telah berkembang menjadi bagian dari seni rupa sebagai hiasan estetis.
5. Mappetu Ada
Ini merupakan tradisi dalam prosesi lamaran adat Bugis. ‘Mappetu’ artinya memutuskan, sedangkan ‘ada’ berarti perkataan. Jika digabung, Mappettu Ada punya makna sendiri, yakni pengambilan kesimpulan dari bahasan dalam prosesi lamaran antara pihak laki-laki dengan pihak perempuan.