By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Inilah KitaInilah KitaInilah Kita
  • Home
  • Sekitar Kita
  • DialeKita
  • Nusantara
  • Akademika
  • Komunitas
  • Generasi
  • Kiat Kita
Reading: Peran Baru Jurnalis, Melatih AI Menulis Berita
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
Inilah KitaInilah Kita
Font ResizerAa
  • Home
  • Sekitar Kita
  • DialeKita
  • Nusantara
  • Akademika
  • Komunitas
  • Generasi
  • Kiat Kita
Follow US
  • Advertise
© 2024 Inilah Kita
Inilah Kita > Blog > DialeKita > Peran Baru Jurnalis, Melatih AI Menulis Berita
DialeKita

Peran Baru Jurnalis, Melatih AI Menulis Berita

Redaksi Kita
Redaksi Kita Published 05/05/2025
Share
Peran Baru Jurnalis, Melatih AI Menulis Berita
SHARE

INILAHKITA.COM | Industri media yang dulu gemerlap kini mirip kapal Titanic yang telah menabrak gunung es —tinggal menunggu waktu sebelum benar-benar tenggelam. Tercatat sekitar 1.200 wartawan telah dirumahkan alias dipulangkan untuk bekerja di rumah masing-masing. Kompas, Republika, Jawa Pos, dan banyak lainnya melakukan hal serupa.

Tapi tunggu dulu! Jangan bersedih. Ini bukan akhir, justru permulaan —perjalanan baru menuju dunia kerja yang lebih absurd. Memang, perusahaan-perusahaan media megap-megap, namun industri AI yang tengah berkembang pesat bak perusahaan lifeboat, kini sibuk merekrut para jurnalis untuk melatih mesin kecerdasan buatan.

Dulu, seorang jurnalis berlari mengejar narasumber, menelusuri dokumen, menggali fakta, lalu menyajikannya dalam artikel yang tajam dan penuh integritas. Kini, di era AI, ia cukup duduk manis, membaca teks yang dihasilkan mesin, lalu menilainya dengan dua pilihan sederhana: “Bagus” atau “Sampah.”

Beginilah nasib banyak jurnalis hari ini —setidaknya di Barat sana. Mungkin ini belum terjadi di negeri kita, karena belum banyak perusahaan berbasis AI. Namun, pada waktunya hal ini akan tiba, ketika seperti di Barat, semakin banyak pekerjaan dan tugas harian bergantung pada kecerdasan buatan.

Anda tahu, jurnalis dulu disebut “watchdog” demokrasi. Mereka mengawasi kekuasaan, mengungkap skandal, dan membunyikan alarm saat ada yang tidak beres. Kini, mereka beralih peran menjadi semacam dog walker bagi AI—melatih chatbot agar tidak “buang air sembarangan,” alias tidak mengeluarkan jawaban ngawur.

Perusahaan seperti Outlier, Scale AI, dan Appen kini mempekerjakan jurnalis sebagai AI trainer —pelatih yang bertugas menilai dan memperbaiki kualitas konten buatan mesin. Mereka harus memastikan jawaban chatbot tak lebih ngawur dari politisi kampanye, atau setidaknya lebih masuk akal dari thread konspirasi di Twitter.

Dengan bayaran rata-rata 35 dolar AS per jam di Barat, pekerjaan baru ini terdengar menggiurkan. Bandingkan dengan menulis artikel investigasi berminggu-minggu, yang kadang hanya dibayar setara ongkos parkir di mal Jakarta.

Tugas mereka kini sangat simpel: memeriksa jawaban AI, benar atau tidak? Tak ada risiko diancam preman, ormas, atau dituntut miliaran oleh pejabat yang merasa kehormatan dan namanya tercemar.

Di satu sisi, ini peluang besar. Jurnalis punya keahlian menulis, meneliti, dan memverifikasi informasi —kemampuan yang sangat penting untuk mengurangi “halusinasi” AI. Jika AI ibarat mahasiswa tingkat akhir yang sering ngawur saat menulis skripsi, maka jurnalis adalah dosennya yang memberi revisi.

Namun di sisi lain, ada ironi yang sulit diabaikan: jurnalis yang dulu melaporkan dampak disrupsi AI, kini justru bekerja untuk melatih AI yang bisa menggantikan mereka. Apakah ini strategi bertahan hidup, atau hanya jeda sebelum mereka benar-benar disingkirkan oleh mesin yang lebih murah dan tak kenal lelah?

Ke depan, profesi ini bisa berkembang lebih jauh. Jurnalis bisa menjadi “kurator moral” bagi AI, memastikan mesin tidak belajar dari sumber-sumber sampah. Bukan tak mungkin suatu hari nanti muncul gelar baru: “Doktor AI Linguistik”, atau bahkan “Ulama AI” —yang bertugas memastikan chatbot tidak sesat saat menjawab pertanyaan agama.

Namun ini juga bisa menjadi awal dari kepunahan profesi jurnalis manusia. Begitu AI cukup cerdas, siapa lagi yang dibutuhkan untuk menilai jawabannya? Siapa yang bisa menjamin bahwa pada akhirnya, AI tak akan lebih cepat dan lebih murah dari jurnalis itu sendiri? Sungguh, ini dilema.

Seperti halnya revolusi industri menggantikan buruh dengan mesin, revolusi AI menggantikan pencari fakta dengan algoritma. Jurnalis kini berada di persimpangan jalan: menerima peran baru ini dengan tangan terbuka, atau tetap berjuang mempertahankan media tradisional yang semakin sekarat.

Mungkin pada akhirnya, kita harus menerima kenyataan: jurnalis tidak benar-benar digantikan oleh AI. Mereka hanya mengalami evolusi —dari manusia yang menulis berita, menjadi manusia yang mengajari mesin menulis berita.

Dan siapa tahu? Jika AI suatu hari menjadi cukup cerdas, mungkin malah mereka yang akan menulis berita tentang kita:
“Jurnalis Terakhir Telah Pergi. AI Kini Sepenuhnya Berkuasa.”

Catatan Cak AT – Ahmadie Thaha
Ma’had Tadabbur al-Qur’an

TAGGED:industri mediajurnalis
Share This Article
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp LinkedIn Telegram Email
What do you think?
Love0
Sad0
Happy0
Sleepy0
Angry0
Dead0
Wink0
Previous Article Baterai Nuklir Lipat, Energi Menjanjikan Masa Depan
Next Article izi jakarta LAZNAS IZI Resmikan Kaidah Kepatuhan Syariah Revisi 03: Standar Baru Tata Kelola Dana Umat

Latest News

Karena 'Flourish', Kita Jadi Juara Dunia!
Karena ‘Flourish’, Kita Jadi Juara Dunia!
DialeKita
noto susanto
Risiko Pintu Menuju Kesuksesan?
DialeKita
sekolah gratis
Akhirnya, Sekolah Gratis Sepenuhnya
DialeKita
qurban izi
Bukan Qurban Biasa: IZI Hadirkan Olahan Siap Saji untuk Negeri dan Dunia
Komunitas
Matahari Kembar
DialeKita
izi jakarta
LAZNAS IZI Resmikan Kaidah Kepatuhan Syariah Revisi 03: Standar Baru Tata Kelola Dana Umat
Komunitas
Baterai Nuklir Lipat, Energi Menjanjikan Masa Depan
DialeKita

Baca Artikel Lain

DialeKita

Suami Takut Istri, Kok Bisa?

11/04/2025
DialeKita

Lebaran Manis

02/04/2025
DialeKita

Selamat Mudik, Selamat Berlebaran Bersama Keluarga

29/03/2025
DialeKita

Kritik Atas Pidato “Omon-Omon” Prabowo

11/02/2025
Previous Next

Ikon Logo Inilah Kita

Kategori

  • Akademika
  • DialeKita
  • Generasi
  • Kesehatan
  • Kiat Kita
  • Komunitas
  • Nusantara
  • Sekitar Kita
  • Uncategorized

Inilah Kita

  • About
  • Kontak
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media
  • Term & Condition
Inilah KitaInilah Kita
©2024 Inilah Kita
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?