Inilah Kita.com | Jakarta — Meskipun gencatan senjata telah dideklarasikan sejak 19 Januari 2025, Israel terus melakukan genosida di Palestina.
Pasukan zionis Israel telah menembak mati dan membunuh lebih dari 150 warga Palestina, yang sebagian besarnya justru anak-anak di Jalur Gaza, sejak gencatan senjata diberlakukan.
Selain itu, Israel juga melakukan pembunuhan secara sistematis dengan tidak mengijinkan warga Palestina mendapatkan kebutuhan dasar mereka, dengan memblokade semua bantuan baik pangan, obat-obatan maupun perawatan medis yang masuk ke Palestina.
Kekejaman zionis Israel yang sistematis ini disampaikan oleh direktur Smart 171, Dr. Maimon Herawati kepada awak media, saat dirinya menjadi pembicara dalam acara media gathering yang dilaksanakan di kantor Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI, di gedung Nusantara III, kompleks DPR RI, Jum’at (14/3/25).
Sebagai lembaga Non-Governmental Organization (NGO) yang fokus dalam memperjuangkan Palestina, Maimon mengaku, pihaknya selalu mendapatkan informasi terkini kondisi di Palestina. Terutama, laporan mengenai korban kekejaman pasukan zionis Israel yang tak mengindahkan (terus melanggar) perjanjian gencatan senjata yang diumumkan sejak Januari kemarin.
“Israel tidak puas dengan pembunuhan massal dan kehancuran yang ditimbulkannya di Gaza, mereka juga melakukan pengepungan total, memblokade den menutup perbatasan dengan melarang masuk semua bantuan untuk warga Palestina,” ungkap Maimon.
Maimon juga menyampaikan laporan dari Direktur Rumah Sakit Lapangan Kementerian Kesehatan Gaza, yang menyebut akibat Israel memblokade semua bantuan yang masuk ke Gaza, terutama bantuan pangan, medis dan obat-obatan, menyebabkan jumlah korban jiwa akibat minimnya sumber daya medis setara dengan korban serangan Israel. Ia menyoroti penghalangan Israel terhadap evakuasi pasien kritis yang berujung pada kematian mereka.
Korban-korban ini termasuk korban tewas baru, yang dibunuh langsung oleh pasukan zionis Israel, maupun warga Palestina yang meninggal karena luka-luka mereka. Sedikitnya 901 warga Palestina telah terluka sejak gencatan senjata, dengan rata-rata 47 luka per hari.
Maimon menyebut, Gaza sangat membutuhkan rumah sakit lapangan, tim medis, dan pasokan obat-obatan, namun Israel menghambat masuknya bantuan tersebut.
“Genosida yang dilakukan Israel di Palestina itu nyata,” ucap Maimon.
Sehingga, sampai saat ini, jumlah keseluruhan korban warga Palestina akibat genosida zionis Israel sejak Oktober 2023 menjadi 48.577 orang, dengan korban luka sebanyak112.041 orang, kata Kementerian Kesehatan pada Senin 17 Maret 2025.
Data jumlah korban meninggal dan luka tersebut diyakini jauh di bawah jumlah korban sebenarnya yang lebih banyak lagi, mengingat masih banyak korban yang terkubur di bawah puing maupun hilang yang hingga saat ini tidak dapat dievakuasi akibat ketiadaan alat dan tenaga.
“Banyak korban masih terjebak di bawah puing-puing dan di jalan karena tim penyelamat tidak dapat menjangkau mereka,” kata kementerian itu.
Selain menyampaikan tentang fakta genosida yang terjadi di Palestina, oleh pasukan zionis Israel terhadap Palestina, Dr. Maimon Herawati yang juga dosen jurnalistik tersebut juga menyoroti tentang peran media dalam menyampaikan pemberitaan tentang Palestina yang menurutnya hingga saat ini sangat tidak berimbang.
“96 persen pemberitaan dunia internasional menyebut apa yang terjadi di Palestina adalah konflik (Palestina-Israel). Hanya 4 persen saja berita yang menyebut hal sebagai occupancy (penjajahan),” kata Maimon.
Menurutnya, hal itu tak lepas dari kekuatan finansial yang digelontorkan oleh Israel, secara khusus untuk media dan para jurnalis untuk menyampaikan penyesatan informasi (misleading information), untuk membangun opini pembenaran atas okupansi dan kejahatan genosida yang dilakukan Israel terhadap Palestina.
“Tak kurang dari 150 juta dolar AS digelontorkan oleh Israel, yang didapatkan dari para donaturnya untuk membangun public opinion. Salah satu donatur besarnya adalah Rupert Murdoch,” ucapnya.
Seperti kita ketahui, Rupert Murdoch adalah raja media, dengan jaringan medianya yang tersebar luas di seluruh dunia.
Melalui jaringan medianya, lanjut Maimon, Murdoch mengendalikan opini dan pemberitaan terkait perang Israil-Palestina.
“Ada memo rahasia terhadap para wartawan New York Times yang melarang penggunaan bahasa occupancy dan genosida terkait Palestina-Israel tersebut,” ungkapnya.
Tak hanya pemberitaan internasional, Maimon juga menyampaikan hasil risetnya terhadap pemberitaan media nasional, yang menganalisis 2.300 berita terkait Palestina di media di Indonesia.
Hasil riset menemukan, 7 dari 10 media arus utama di Indonesia masih belum menarasikan isu Palestina dengan benar, baik dalam pemilihan istilah, pemilihan narasumber, maupun framing berita yang digunakan.
“Siapa yang menguasai media, ia menguasai narasi. Tulisan sama pentingnya dengan senjata. Israel memahami ini dan menggelontorkan dana besar demi membentuk opini yang mendukung mereka,” pungkasnya.
Acara Madia Gathering yang diselenggarakan BKSAP dan Smart 171 tersebut selain beraudiensi dengan awak media dari berbagai media nasional juga menghadirkan pembicara dari Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), akademi Universitas Indonesia (UI), dan jurnalis independen, sebagai narasumber.