By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Inilah KitaInilah KitaInilah Kita
  • Home
  • Sekitar Kita
  • DialeKita
  • Nusantara
  • Akademika
  • Komunitas
  • Generasi
  • Kiat Kita
Reading: Catatan Cak AT: Kita Bangsa Dermawan
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
Inilah KitaInilah Kita
Font ResizerAa
  • Home
  • Sekitar Kita
  • DialeKita
  • Nusantara
  • Akademika
  • Komunitas
  • Generasi
  • Kiat Kita
Follow US
  • Advertise
© 2024 Inilah Kita
Inilah Kita > Blog > DialeKita > Catatan Cak AT: Kita Bangsa Dermawan
DialeKita

Catatan Cak AT: Kita Bangsa Dermawan

World Giving Index (WGI) 2024 menobatkan Indonesia sebagai negara paling dermawan di dunia. Berikut catatan Cak AT

Redaksi Kita
Redaksi Kita Published 28/11/2024
Share
SHARE

Ahmadie-Thaha-Anime

Catatan Cak AT

Bayangkan sebuah negeri di mana beramal adalah aktivitas sehari-hari yang hampir setara dengan menyeruput kopi pagi. Ya, selamat datang di Indonesia! Negeri ini, menurut World Giving Index (WGI) 2024, dinobatkan sebagai negara paling dermawan di dunia untuk ketujuh kalinya secara berturut-turut.

Dengan skor 74, sembilan dari sepuluh warganya rutin menyisihkan uang untuk amal, dan enam dari sepuluh rela mengorbankan waktu mereka demi membantu orang lain. Dengan skor 74, Indonesia berada di puncak, diikuti Kenya (63), dan Singapura (61). Negara 10 besar lainnya: Gambia, Nigeria, Amerika Serikat, Ukraina, Australia, Uni Emirat Arab (UAE), dan Malta.

Sebaliknya, Polandia menempati posisi terakhir, selain Jepang dan Kamboja. Peningkatan terbesar dicatat oleh Maroko, di mana donasi naik 800% akibat gempa bumi pada 2023. Sementara itu, Azerbaijan mengalami penurunan terburuk, jatuh 65 peringkat ke posisi 119. Secara keseluruhan, skor rata-rata dunia 40, menunjukkan semangat memberi tetap hidup di berbagai negara.

World Giving Index (WGI) disusun oleh Charities Aid Foundation (CAF) melalui survei global yang menanyakan tiga tindakan utama: menyumbang uang, menjadi sukarelawan, dan membantu orang lain dalam sebulan terakhir. Data dikumpulkan dari 145.000 responden di 142 negara melalui wawancara langsung atau telepon, dan skor 0-100 dihitung dengan mengambil rata-rata persentase jawaban positif.

Dan, itulah fakta wajah kita, bangsa dermawan terbesar di dunia. Tapi, tunggu dulu. Apakah gelar ini benar-benar menggambarkan cinta kasih, ataukah sekadar cerminan bagaimana kita berkompetisi soal “siapa yang lebih dermawan?” Di era modern ini, aplikasi seperti Gopay, OVO, ShopeePay, seluruh bank, menyediakan dompet digital bersedekah dengan satu klik. Jangan lupa, Baznas atau Dompet Dhuafa telah memelopori gerakan zakat dan infak, mengisi ruang layar ponsel kita.

Pertanyaan abadi, apakah kedermawanan ini sifat bawaan atau hasil pembentukan lingkungan? Dalam budaya yang sarat dengan nilai gotong-royong, wajar jika membantu sesama dianggap sebagai bagian dari identitas kolektif bangsa Indonesia. Namun, beberapa skeptis mungkin mengatakan, ini lebih tentang “pencitraan sosial” di masyarakat di mana pujian dari tetangga lebih penting dari keikhlasan.

Selain itu, pendidikan agama di Indonesia memainkan peran besar. Dari usia dini, anak-anak diajarkan tentang zakat, infak, sedekah, dan bagaimana “harta di dunia hanyalah titipan.” Dengan begitu banyak pengingat bahwa berbuat baik akan membuka jalan ke surga, siapa yang bisa menolak dorongan untuk bersedekah?

Namun, lingkungan juga memainkan peran besar. Bencana alam seperti gempa bumi, banjir, dan gunung meletus secara tragis telah menjadi “guru” empati bagi kita. Seringkali, momen-momen inilah yang memicu ledakan kedermawanan. Ambil contoh, lonjakan sumbangan di Maroko setelah gempa pada 2023, yang meningkat 800%. Begitu pula di Indonesia, di mana budaya spontanitas memberi bantuan telah menjadi ritual nasional.

Di zaman serba digital, bahkan kedermawanan pun ikut terotomatisasi. Lewat aplikasi keuangan, beramal kini semudah memesan pizza. Tapi di balik kemudahan ini, muncul harapan semoga ini benar-benar dorongan hati, bukan sekadar efek dari notifikasi. Kita sadar, dalam sistem di mana berderma hanya satu klik, perlu terus diingatkan bahwa Tuhan menghitung amal bukan berdasar banyaknya uang derma, tapi nilai ketakwaan dan keikhlasan.

Kita mungkin bangga, di satu sisi, skor tinggi Indonesia di indeks kedermawanan menunjukkan bagaimana semangat gotong-royong masih hidup di tengah tekanan modernitas. Di sisi lain, kita juga mugkin sedih, fakta ini juga menjadi cermin yang menggambarkan ketimpangan sosial yang masih merajalela.

Bayangkan, di negara yang dikenal sebagai “paling dermawan,” masih ada puluhan juta orang yang hidup di bawah garis kemiskinan. Apakah gelar ini menunjukkan keberhasilan kolektif, atau justru menyoroti kegagalan sistemik? Jika kita begitu dermawan, mengapa ketimpangan masih menjadi momok?

Kedermawanan seharusnya tidak hanya menjadi aktivitas individu, tetapi juga strategi kolektif. Selain membantu sesama, kita perlu mendorong kebijakan yang lebih inklusif dari negara, memastikan bahwa kesejahteraan bukan sekadar soal derma, tetapi hak asasi. Hingga saat itu tiba, mungkin kita harus terus berderma — tentu karena hati yang tulus, bukan hanya karena notifikasi yang mengingatkan.

Jadi, selamat kepada Indonesia atas gelarnya. Semoga kita terus menjadi dermawan, bukan hanya karena kita mampu, tetapi karena kita ikhlas untuk peduli memberi dan membantu sesama, dengan atau tanpa notifikasi.

Cak AT – Ahmadie Thaha
Ma’had Tadabbur al-Qur’an, 29/11/2024

TAGGED:indonesia dermawanworld giving index
Share This Article
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp LinkedIn Telegram Email
What do you think?
Love0
Sad0
Happy0
Sleepy0
Angry0
Dead0
Wink0
Previous Article Indahnya Pertengkaran (eh, Bukan Pilkada)
Next Article Indonesia Kembali menjadi Negara Paling Dermawan di Dunia

Latest News

Karena 'Flourish', Kita Jadi Juara Dunia!
Karena ‘Flourish’, Kita Jadi Juara Dunia!
DialeKita
noto susanto
Risiko Pintu Menuju Kesuksesan?
DialeKita
sekolah gratis
Akhirnya, Sekolah Gratis Sepenuhnya
DialeKita
qurban izi
Bukan Qurban Biasa: IZI Hadirkan Olahan Siap Saji untuk Negeri dan Dunia
Komunitas
Matahari Kembar
DialeKita
izi jakarta
LAZNAS IZI Resmikan Kaidah Kepatuhan Syariah Revisi 03: Standar Baru Tata Kelola Dana Umat
Komunitas
Peran Baru Jurnalis, Melatih AI Menulis Berita
Peran Baru Jurnalis, Melatih AI Menulis Berita
DialeKita

Baca Artikel Lain

DialeKita

Baterai Nuklir Lipat, Energi Menjanjikan Masa Depan

05/05/2025
DialeKita

Suami Takut Istri, Kok Bisa?

11/04/2025
DialeKita

Lebaran Manis

02/04/2025
DialeKita

Selamat Mudik, Selamat Berlebaran Bersama Keluarga

29/03/2025
Previous Next

Ikon Logo Inilah Kita

Kategori

  • Akademika
  • DialeKita
  • Generasi
  • Kesehatan
  • Kiat Kita
  • Komunitas
  • Nusantara
  • Sekitar Kita
  • Uncategorized

Inilah Kita

  • About
  • Kontak
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media
  • Term & Condition
Inilah KitaInilah Kita
©2024 Inilah Kita
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?