By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Inilah KitaInilah KitaInilah Kita
  • Home
  • Sekitar Kita
  • DialeKita
  • Nusantara
  • Akademika
  • Komunitas
  • Generasi
  • Kiat Kita
Reading: Kritik Atas Klarifikasi Jubir Istana Adita Irawati
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
Inilah KitaInilah Kita
Font ResizerAa
  • Home
  • Sekitar Kita
  • DialeKita
  • Nusantara
  • Akademika
  • Komunitas
  • Generasi
  • Kiat Kita
Follow US
  • Advertise
© 2024 Inilah Kita
Inilah Kita > Blog > DialeKita > Kritik Atas Klarifikasi Jubir Istana Adita Irawati
DialeKita

Kritik Atas Klarifikasi Jubir Istana Adita Irawati

Lagi-lagi, klarifikasi itu juga problematis. Kenapa? Klarifikasi yang seharusnya bisa dipakai untuk mengungkap kebenaran, ternyata malah dipakai sebagai ajang pembenaran.

Redaksi
Redaksi Published 07/12/2024
Share
Adita-Irawati-jubir
dok. kilat.com
SHARE

 

 

 

 

 

 

 

 

Oleh: Yons Achmad

Jubir istana, bukanya memperjelas kasus, mendinginkan suasana, malah ikut blunder dan buat kontroversi lagi. Pada sebuah acara stasiun televisi swasta, Adita Irawati, Juru bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan (Presidential Communication Office/PCO) diundang sebagai narasumber. Ia merespons soal kasus Utusan Khusus Presiden Miftah Maulana yang mengolok-olok dan menggoblok-goblokan penjual es teh.

“Kami dari pihak Istana tentu menyesalkan kejadian ini. Suatu hal yang sebenarnya tidak perlu terjadi apalagi kalau kita lihat presiden kita Pak Prabowo Subianto ini kalau dilihat dari berbagai, baik itu melalui pidato ataupun kemudian kunjungan-kunjungan beliau ke lapangan, kunjungan kerja itu terlihat sekali keberpihakan beliau kepada rakyat kecil, kepada rakyat jelata,” kata Adita.

Sontak, komentar Adita itu pun mendapat sorotan dari publik. Banyak kritik bermunculan di media sosial. Khususnya terkait penggunaan diksi ‘rakyat jelata’.

Adita, melalui Instagram resmi Kantor Komunikasi Kepresidenan RI @pco.ri, lantas buru-buru memberikan klarifikasi. Ia meminta maaf terkait pernyataannya.

“Saya memahami, diksi yang saya gunakan dianggap kurang tepat. Untuk itu, secara pribadi saya memohon maaf atas kejadian ini yang sebabkan kontroversi terhadap masyarakat,” ujar Adita.

Kejadian ini, terang Adita, sama sekali tidak disengaja. Ia menggunakan diksi ‘rakyat jelata’ sesuai dengan arti dan makna yang tercantum di dalam KBBI, yang mana artinya adalah rakyat biasa.

“Yaitu kita semua rakyat Indonesia,” imbuh Adita.

“Sekali lagi, tidak ada maksud untuk melemahkan atau merendahkan, kami akan terus introspeksi diri dan akan lebih hati-hati dalam menggunakan bahasa dan khususnya diksi saat kami melaksanakan tugas untuk komunikasikan kebijakan strategis dan program prioritas,” tuturnya.

Lagi-lagi, klarifikasi itu juga problematis. Kenapa? Klarifikasi yang seharusnya bisa dipakai untuk mengungkap kebenaran, ternyata malah dipakai sebagai ajang pembenaran. Bukan saja pada misalnya tema kebijakan, tapi justru sibuk memoles instansi maupun personal jubir istana sendiri. Dia lupa bahwa posisinya “Pejabat”, bukan “Rakyat Biasa”, penggunaan diksi “Rakyat Jelata” walaupun dia berlindung dibalik arti KBBI, tetap saja, kurang pas dan kurang empatik dalam pengunaannya, tetap cenderung merendahkan.

Saya kira, kejadian-kejadian konyol demikian, bukan semata-mata cara berkomunikasi yang bisa dperbaiki dengan misalnya “Tips-Tips Bicara di depan publik”. Tapi, memang berangkat dari cara berpikir orang tersebut. Jadi, kritik saya, bukan sekadar pada bagaimana cara berkomunikasi, tapi memang lebih kepada bagaimana cara pikir, cara pandang pejabat publik kita, termasuk belajar bagaimana memahami suasana kebatinan masyarakat (yang banyak masih hidup susah).

Tanpa semua ini, maka blunder-blunder komunikasi kebijakan, bakal terus terjadi. Sejarah (politik) kita sejak penjajahan, Orde Lama, Orde Baru sampai era Reformasi memang penuh dengan realitas tidak manusiawi (inhuman realities) semacam ini. Manusia, juga hidup dalam berbagai sistem ketidakmanusiaan (inhuman system).

Maka, sudah selayaknya lagi, menghadirkan kembali apa yang disebut Yasraf Amir Piliang dalam buku “Hantu-Hantu Politik dan Matinya Sosial” sebagai Rehumanisasi manusia Indonesia. Dan ini, tampaknya merupakan tugas penting negara yang harus diagendakan dalam rangka menciptakan masyarakat Indonesia masa depan yang lebih humanis.

Rehumanisasi ini, menempatkan manusia dalam ruang kemanusiannya yang utuh bukan semata sebagai alat (yang dieksploitasi tenaganya), organ (yang dimanfaatkan nilai gunanya) atau obyek (yang dijadikan komoditas ekonomi dan politik). Manusia harus dihargai kembali perasaan, hasrat, martabat, cita-cita (ideal), aspirasi, diri (self) dan kebebasannya. Ini tugas istana sebenarnya, bukan malah sibuk klarifikasi sana-sini. []

*Penulis adalah Pengamat Komunikasi. Pendiri Brandstory.ID

TAGGED:Adita IrawatiEs Tehgus miftahJubir IstanaKlarifikasi Jubir IstanaPenjual Es Teh
Share This Article
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp LinkedIn Telegram Email
What do you think?
Love0
Sad0
Happy0
Sleepy0
Angry0
Dead0
Wink0
Previous Article viral medsos Tanpa Viral, Tiada Keadilan
Next Article IUQI Bogor Gelar Workshop Publik Speaking Diikuti 123 Peserta

Latest News

sungai kita
Ketika Ribuan Ton Antiobiotik Mengancam Kehidupan Sungai
DialeKita
Institut Ummul Quro Al-Islami Bogor dengan ETS Global dan IIEF Adakan Tes TOEFL Resmi
Akademika
Bisakah Dosen Sejahtera Hak, Kenyataan dan Realita!
Bisakah Dosen Sejahtera? Hak, Kenyataan dan Realita!
DialeKita
noto susanto
Budaya Cari Muka, Pentingkah dalam Kehidupan?
DialeKita
sahid tour
Sahid Tour dan BSI SME Group Sinergi Permudah Akses Ibadah Haji dan Umrah
Sekitar Kita
social media marketing
Sosial Media Marketing untuk Tingkatkan Penjualan Bisnis
Kiat Kita
Karena 'Flourish', Kita Jadi Juara Dunia!
Karena ‘Flourish’, Kita Jadi Juara Dunia!
DialeKita

Baca Artikel Lain

noto susanto
DialeKita

Risiko Pintu Menuju Kesuksesan?

09/05/2025
sekolah gratis
DialeKita

Akhirnya, Sekolah Gratis Sepenuhnya

07/05/2025
DialeKita

Matahari Kembar

06/05/2025
Peran Baru Jurnalis, Melatih AI Menulis Berita
DialeKita

Peran Baru Jurnalis, Melatih AI Menulis Berita

05/05/2025
Previous Next

Ikon Logo Inilah Kita

Kategori

  • Akademika
  • DialeKita
  • Generasi
  • Kesehatan
  • Kiat Kita
  • Komunitas
  • Nusantara
  • Sekitar Kita
  • Uncategorized

Inilah Kita

  • About
  • Kontak
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media
  • Term & Condition
Inilah KitaInilah Kita
©2024 Inilah Kita
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?