Inilahkita.com | Kalimantan Tengah, salah satu provinsi di Pulau Borneo, dikenal bukan hanya karena kekayaan alamnya yang melimpah—seperti hutan tropis, sungai besar, dan sumber daya alam—tetapi juga karena kekayaan budaya dan tradisinya yang unik. Provinsi yang beribu kota di Palangka Raya ini menjadi rumah bagi berbagai suku, terutama suku Dayak, yang memiliki beragam adat, bahasa, dan ritual yang masih dijaga hingga kini.
Tradisi-tradisi di Kalimantan Tengah tidak hanya menunjukkan identitas masyarakatnya, tetapi juga menjadi wujud kearifan lokal yang menyatu dengan alam dan spiritualitas leluhur. Mari kita mengenal lebih dekat beberapa tradisi khas yang masih dilestarikan hingga sekarang.
1. Tiwah: Upacara Kematian Suku Dayak Ngaju
Salah satu tradisi paling terkenal dari Kalimantan Tengah adalah Upacara Tiwah, yaitu ritual keagamaan suku Dayak Ngaju dalam rangka mengantarkan arwah orang yang sudah meninggal menuju alam baka yang disebut Lewu Tatau (kampung abadi).
Tiwah bukan dilakukan segera setelah seseorang meninggal, tetapi setelah beberapa waktu, ketika keluarga sudah siap secara ekonomi dan spiritual. Tulang-belulang orang yang telah meninggal kemudian diambil dari makam dan ditempatkan ke dalam sandung (rumah kecil dari kayu untuk menyimpan tulang).
Upacara ini diiringi dengan tarian sakral, musik gong, dan ritual penyucian jiwa, serta penyembelihan hewan kurban seperti babi atau sapi. Masyarakat percaya, tanpa Tiwah, roh orang yang meninggal belum dapat mencapai tempat yang tenang.
Lebih dari sekadar upacara keagamaan, Tiwah adalah manifestasi penghormatan kepada leluhur dan simbol kebersamaan antaranggota masyarakat Dayak.
2. Manajah Antang: Tradisi Mencari Petunjuk Leluhur
Tradisi unik lainnya adalah Manajah Antang, sebuah ritual spiritual untuk meminta petunjuk dari roh leluhur. Dalam upacara ini, seorang basir (dukun atau pemimpin ritual) akan memanggil roh melalui perantaraan burung antang (elang).
Burung antang dianggap sebagai perantara dunia manusia dan dunia roh. Gerak-gerik burung ini diyakini membawa pesan—bisa berupa petunjuk arah, tanda bahaya, atau restu terhadap suatu rencana besar seperti pembukaan ladang, perang, atau pernikahan.
Tradisi Manajah Antang menunjukkan betapa kuatnya hubungan spiritual masyarakat Dayak dengan alam, di mana setiap unsur kehidupan dipercaya memiliki roh dan makna tersendiri.
3. Wadian Bulat: Upacara Penyembuhan Tradisional
Wadian Bulat merupakan ritual penyembuhan tradisional yang dilakukan oleh suku Dayak Ma’anyan. Dalam tradisi ini, seorang wadian atau dukun perempuan melakukan upacara untuk menyembuhkan penyakit yang diyakini disebabkan oleh gangguan roh jahat atau kehilangan semangat hidup.
Ritual dilakukan dengan tarian khas, nyanyian mantra, serta iringan gong dan kendang, menciptakan suasana sakral dan mistis.
Selain tujuan penyembuhan, Wadian Bulat juga bermakna sosial: mempererat hubungan antarwarga, memperkuat keyakinan terhadap kekuatan spiritual, dan mengingatkan manusia untuk selalu menjaga keseimbangan antara dunia nyata dan dunia roh.
4. Aruh Baharin: Syukuran Setelah Panen
Seperti halnya daerah agraris lainnya di Indonesia, masyarakat Dayak juga memiliki tradisi syukuran pascapanen, yang disebut Aruh Baharin.
Upacara ini diadakan untuk mengucap syukur kepada Ranying Hatalla Langit (Tuhan dalam kepercayaan Kaharingan) atas hasil bumi yang melimpah. Biasanya diisi dengan tarian daerah, makan bersama, dan ritual adat untuk memohon berkah bagi musim tanam berikutnya.
Aruh Baharin bukan hanya tentang hasil panen, tetapi juga tentang kebersamaan dan semangat gotong royong. Dalam perayaan ini, semua warga desa ikut serta tanpa membedakan status sosial.
5. Tari Giring-Giring dan Mandau: Simbol Keberanian dan Kehormatan
Seni tari juga menjadi bagian penting dari tradisi Kalimantan Tengah. Dua tarian yang populer adalah Tari Giring-Giring dan Tari Mandau.
- Tari Giring-Giring berasal dari Dayak Ma’anyan dan menampilkan gerakan lembut yang diiringi bunyi alat musik bambu bernama giring-giring. Tarian ini melambangkan kegembiraan dan kebersamaan.
- Tari Mandau, sebaliknya, menonjolkan sisi keperkasaan dan keberanian laki-laki Dayak. Penari membawa senjata khas mandau dan perisai, menggambarkan semangat juang serta kehormatan dalam melindungi kampung.
Melalui tarian-tarian ini, generasi muda Dayak terus belajar menghargai nilai-nilai keberanian, kedamaian, dan persaudaraan yang diwariskan leluhur.
6. Rumah Betang: Simbol Kehidupan Kolektif
Selain tradisi, arsitektur tradisional Rumah Betang juga mencerminkan filosofi hidup masyarakat Kalimantan Tengah. Rumah panggung besar ini dihuni oleh banyak keluarga dari satu garis keturunan dan menjadi pusat kehidupan sosial dan adat.
Hidup di Rumah Betang berarti hidup dalam kebersamaan, toleransi, dan gotong royong. Segala urusan penting seperti musyawarah adat, perayaan, hingga upacara keagamaan sering dilakukan di rumah ini.
Filosofi “hidup bersama dalam perbedaan” yang dipegang masyarakat Betang menjadi simbol harmoni antar suku dan agama di Kalimantan Tengah.
7. Tradisi Kuliner: Cermin Kehidupan yang Dekat dengan Alam
Tidak hanya ritual dan tarian, kuliner tradisional Kalimantan Tengah juga merupakan bagian dari warisan budaya yang menarik. Makanan khas seperti Juhu Singkah (sayur rotan muda), iwak bakar habang (ikan bakar merah), dan wadang bihas (minuman jahe tradisional) menunjukkan bagaimana masyarakat setempat memanfaatkan hasil alam secara bijak.
Bumbu alami, cara memasak sederhana, dan cita rasa khas menjadikan kuliner Dayak bukan hanya lezat, tetapi juga sarat makna budaya.
Menjaga Tradisi, Merawat Identitas
Di tengah arus modernisasi dan kemajuan teknologi, banyak tradisi Kalimantan Tengah yang kini mulai jarang dilakukan. Namun, berbagai komunitas adat dan pemerintah daerah terus berupaya melestarikannya melalui festival budaya, pelatihan tari, dan pengenalan adat di sekolah-sekolah.
Tradisi bukan hanya masa lalu, tetapi juga identitas dan jati diri masyarakat. Dengan mengenal dan melestarikan tradisi Kalimantan Tengah, kita turut menjaga keberagaman budaya Indonesia agar tetap hidup dan dihargai oleh generasi mendatang.
Kalimantan Tengah bukan sekadar tanah yang kaya sumber daya alam, tetapi juga kawasan yang penuh nilai, filosofi, dan spiritualitas tinggi. Tradisi-tradisinya mengajarkan manusia untuk selalu hidup selaras dengan alam, menghormati leluhur, dan menjaga kebersamaan dalam perbedaan.
Melalui pemahaman akan budaya dan adatnya, kita bisa belajar bahwa modernitas tidak harus menghapus tradisi, melainkan bisa berjalan berdampingan sebagai kekuatan bangsa yang beradab.[]
Seputar lingkungan: https://dlhkalimantantengah.id/