INILAHKITA.COM | Hidup ini penuh dengan risiko. Coba tanyakan pada diri Anda sendiri, adakah hal dalam hidup yang benar-benar bebas dari risiko? Pertanyaan ini tentu menjadi tanda tanya besar.
Faktanya, orang yang berani menghadapi risiko memiliki peluang sukses yang jauh lebih terbuka dibanding mereka yang memilih bertahan di zona nyaman padahal keduanya sama-sama mengandung risiko.
Seperti kata John A. Shedd,
“A ship in harbor is safe, but that is not what ships are built for.”
Sebuah kapal memang aman saat berlabuh di pelabuhan, tetapi bukan untuk itu kapal diciptakan.
Jangan diam di tempat, karena Tuhan pun mempertimbangkan setiap upaya yang kita lakukan untuk meraih apa yang kita inginkan. Risiko adalah bagian dari pertemuan dengan kehidupan. Setidaknya, risiko akan lebih berpihak kepada mereka yang berpikir positif dan tidak takut untuk melangkah.
Jadi, jangan takut mengambil langkah. Karena terkadang, risiko terbesar justru datang dari tidak berani mencoba.
Semua pilihan untuk hidup mempunyai risiko, Mau maju ada risiko gagal.
Mau diam pun ada risiko tertinggal.
Mau kerja kantoran, bisa bosan.
Mau bisnis sendiri, bisa bangkrut.
Intinya, risiko tidak bisa dihindari, hanya bisa dipilih dan dihadapi.
Coba renungkan sejenak diam di rumah saja sudah mengandung risiko, apalagi menjalani berbagai kegiatan dan usaha. Mustahil hidup tanpa risiko. Maka, jika seseorang terlalu takut mengambil risiko, bukankah itu sama saja dengan menolak hidup sepenuhnya? Terlalu banyak pertimbangan karena takut gagal justru bisa membuat kita berhenti sebelum benar-benar mencoba.
Zona nyaman Itu menipu
Banyak orang memilih aman karena takut gagal. Padahal, zona nyaman bukan tempat berkembang itu tempat menunggu pelan-pelan dilupakan dunia.
Berani keluar bukan berarti nekat, tapi tanda bahwa kamu hidup dan ingin bertumbuh.
Zona nyaman seringkali terasa menyelamatkan dari sudut pandang pribadi, karena memberi rasa tenang dan santai. Namun, justru di situlah kita bisa terlena, mengabaikan terhadap perkembangan dunia luar. Pada akhirnya, identitas diri yang enggan menghadapi risiko yang akan terus dihantui oleh kegelisahan dalam menjalani hidup.
Gagal Itu bagian dari proses,
Tidak ada orang hebat yang sukses tanpa jatuh. Kegagalan mengajarkan apa yang tidak diajarkan oleh teori. Yang penting bukan berapa kali jatuh, tapi seberapa sering kamu bangkit.
Kalimat seperti ini mungkin sudah sering kita dengar, namun kenyataannya masih banyak dari kita yang ragu untuk mencoba hal-hal baru. Bagi penulis, kegagalan setelah mencoba jauh lebih berharga daripada kegagalan karena tidak pernah mencoba. Gagal tanpa usaha ibarat tong kosong nyaring bunyinya—punya mimpi besar, tapi usahanya nol besar.
Risiko bukan lawan, tapi pintu kesempatan, Setiap risiko menyimpan kemungkinan. Kalau kamu terus menunggu “saat yang benar-benar aman”, kamu bisa menunggu seumur hidup. Karena kenyataannya, takut gagal seringkali lebih berbahaya daripada gagal itu sendiri.
Inilah yang perlu digarisbawahi, anggaplah risiko sebagai sahabat dekat kita yang selalu hadir, bukan untuk ditakuti, tetapi untuk memberi pelajaran dan dorongan. Risiko memang tidak bisa dihindari, tapi kita bisa mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Dengan begitu, ketika risiko tak terduga muncul, kita tidak sepenuhnya terkejut. Baik kecil maupun besar, risiko akan selalu ada dalam setiap langkah kehidupan.
Hidupmu, tanggung jawabmu
Jangan serahkan arah hidupmu pada ketakutan. Keberanian itu bukan tanpa rasa takut tapi tetap melangkah meski takut. Beranilah. Karena hidup bukan untuk diam di pelabuhan, tapi berlayar menuju tujuan.
Jangan mudah menyerahkan risiko hidup kepada orang lain. Hidup ini adalah tanggung jawab pribadi, dan setiap tindakan akan dimintai pertanggungjawaban di dunia maupun di akhirat. Maka, melangkahlah maju dengan keyakinan, meski memikul beban di pundak. Justru dari sanalah semangat tumbuh, dan arah menuju kehidupan jangka panjang mulai terbentuk.
“Risiko bukan hal yang harus dihindari, tapi dihadapi. Karena justru di situlah hidup benar-benar dimulai.” Risiko memang tidak bisa dihilangkan, tetapi bisa diperkecil. Semua itu tergantung pada bagaimana Anda mengelola risiko dengan bijak dan tepat.[]
Catatan Noto Susanto, SE, MM