Inilah Kita.com | Jakarta — Menteri Agama (Menag) Prof KH Nasaruddin Umar menyampaikan, bulan Ramadan adalah momentum yang paling tepat untuk meningkatkan kepedulian sosial, terutama dalam pengentasan kemiskinan di negeri ini.
Dirinya yakin, jika potensi zakat, Infak shodaqoh, dan wakaf dikelola secara optimal, maka kemiskinan ekstrem di Indonesia bisa diatasi
Hal ini disampaikan Menag dalam Konferensi Pers pembukaan Festival Ramadan Bimbingan Masyarakat Islam 2025, di kantor Kemenag, jalan MH. Thamrin, Jakarta Pusat, pada Jumat (21/3/25).
Menag menjelaskan, sistem ekonomi Islam telah menyediakan berbagai instrumen keuangan seperti zakat, infak, sedekah, dan wakaf yang dapat dimanfaatkan untuk pemberdayaan umat. Namun sayangnya, saat ini semua instrumen tersebut tidak terkelola secara optimal.
“Dua saja kalau kita optimalkan, yakni zakat dengan wakaf, itu sudah bisa mengumpulkan Rp.507 triliun. Sebanyak 2,2 juta orang miskin mutlak di Indonesia, 90 persen itu orang Islam, membutuhkan uang Rp.20 triliun untuk membebaskan kemiskinan ekstrem itu, sepenuhnya ditutup oleh zakat dan wakaf, tanpa bergantung sepenuhnya pada APBN,” kata Menag Nasaruddin Umar.
Lebih lanjut Menag merinci, jika potensi penerimaan zakat bisa mencapai Rp.320 triliun per tahun jika dikelola secara optimal. Namun sayangnya, pada 2024, dana zakat yang berhasil dikumpulkan oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) hanya mencapai Rp.41 triliun.
“Kalau kita hitung berapa KTP yang beragama Islam menyimpan dananya di bank dalam bentuk tabungan atau deposito, maka seharusnya zakat umat Islam di Indonesia itu Rp 320 triliun. Ke mana larinya sebagian? Kita baru dapat Rp 41 triliun,” ucapnya.
Padahal, sambung Menag, masih ada 27 sumber penerimaan lainnya, seperti infak, sedekah, hibah, wasiat, dan luqatah, serta lainnya, yang jika semuanya dioptimalkan, akan luar biasa besar potensi dana umat yang terkumpul untuk membantu mengentaskan kemiskinan.
“Kemiskinan-kemiskinan yang sangat ekstrem itu sesungguhnya bisa terselesaikan sendiri dalam masyarakat. Dan melalui pundi-pundi agama, terutama agama Islam, itu ada 27 pundi-pundi. Kalau ini aktif, yang kita aktifkan baru satu, zakat,” tuturnya.
Menag menambahkan, pelibatan nilai agama dalam upaya mengentaskan kemiskinan akan lebih memaksimalkan upaya mengumpulkan dana umat.
“Kedahsyatan bahasa agama ini luar biasa untuk menjadi faktor dalam mengentaskan kemiskinan ini,” ungkap Menag
Menag juga menekankan, untuk mengoptimalkan seluruh potensi instrumen keuangan Islam yang terdapat di Zakat, Infaq, Shodaqoh, Wakaf dan lainnya itu, maka sangat penting untuk membangun kepercayaan masyarakat terhadap pengelolaan zakat dan wakaf dan lainnya, agar dana yang terhimpun bisa semakin besar dan berdampak luas.
Untuk itu, Menag Nasaruddin kembali menegaskan bahwa Ramadhan adalah momen yang paling tepat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan umat dalam menyalurkan zakat, wakaf, shodaqoh, infaq, dan lainnya.
“Semua peperangan besar dalam sejarah Islam terjadi di Ramadan, dan umat Islam selalu menang. Maka, Ramadan adalah momentum strategis untuk menyerahkan zakat dan wakaf guna memperkuat ekonomi umat,” pungkas Menag Nasaruddin Umar.
Sementara itu, terkait Festival Ramadan Bimbingan Masyarakat Islam 2025, merupakan program kegiatan Kementerian Agama (Kemenag) yang menghadirkan berbagai program inovatif mengenai tata kelola zakat dan wakaf di Indonesia, serta program beasiswa hingga pertanahan yang melibatkan berbagai lembaga dan instansi serta pemangku kepentingan.
Festival yang mengusung tema “Ramadan Menenangkan dan Menyenangkan; Ramadan Bahagia & Penuh Cinta” juga melibatkan lembaga pengelola zakat, lembaga keuangan syariah, kantor Kementerian Agama di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, kementerian/lembaga lain, serta masyarakat penerima manfaat seperti anak yatim dan penyandang disabilitas.